bagaimana bisa (2)

bagaimana bisa aku menjadi mataharimu,
kalau kamu lebih rindu
pada gelap yang bersemayam di dadamu.

bagaimana bisa aku memeluk jiwamu,
kalau kamu melindungi segala candu
yang bernaung dalam setiap sudut kepalamu.

bagaimana bisa aku jujur mengecupmu,
kalau kamu masih mengecapku
dengan seluruh label kemunafikan lidahmu.

maka lepaskanlah segalanya, sayang.
musnahkan percaya, relakan idaman.
jangan lagi menengok ke belakang,
jatuhlah sedalam-dalamnya, hingga
kamu temukan kamu, terperangkap
dalam labirin misteri tatapanku.

dan jika muram kembali menyapa,
panggil namaku, tiga kali, tanpa henti, dalam hatimu,
niscaya aku akan datang dan mengusap bayangmu.

lalu bersembunyilah di balik punggungku,
sampai waktu tersipu malu,
membawa pergi semua trauma masa lalu.

amin.

matematika

matematika itu cepat.
satu ditambah satu sama dengan dua,
dua ditambah dua sama dengan empat.

matematika itu sederhana.
tak perlu pusing memikirkan perkalian dan pembagian,
yang penting tahu artinya kekurangan.

matematika itu tak pernah pincang.
ia akan selalu jujur dan seimbang.
sisi kiri setara sisi kanan, tak ada lagi bimbang.

matematika itu mudah.
maka janganlah kamu terlena pada formula masa depan,
dan jangan juga tenggelam dengan hasil masa lalu.

matematika itu nyata.
ada angka dalam setiap kehidupan.
ada angka pula setelah kematian.

berapa umurmu? berapa istrimu? berapa kekasihmu?
berapa mantanmu? berapa temanmu? berapa gajimu?
berapa pahalamu? berapa dosamu?
berapa nafas yang sudah kamu curi hari ini?
berapa butir nasi yang telah musnah dilahapmu?
berapa nyawa yang telah diambil untuk menopang dirimu?

akhirnya matematika itu sia-sia,
dan angka menjadi tak bermakna,
hingga kamu mengenal akrab apa itu nilai nihil.

amin.

tunggu

terus sayati jiwamu dengan masa lalu
agar seluruh dunia tahu, bahwa kamu
hidup, di pelukan candu, diperkosa sendu.

tunggu bulan berganti rupa, agar lukanya sembuh.
jangan lupa berdoa, supaya tidak kembali kambuh.
dan semoga, bait ini menjadi mantra yang ampuh.

sesungguhnya kita adalah sebongkah
daging sekarat yang selalu dikerat rindu.

nyatanya, kita hanyalah sebuah
kenangan yang akan tenggelam dilahap waktu.

amin.